18 February 2015

Langgam Untuk Dunia


Malam menjelang tahun baru Imlek ada ajakan untuk nonton konser tunggal Indra Utami Tamsir di Gedung Kesenian Jakarta. Konser ini bertajuk Langgam Untuk Dunia, sebuah judul yang menunjukkan mimpi dari penyelenggara agar langgam (dan terutama keroncong) bisa mendunia dan bersaing dengan musik pop dunia. Waktu aku tiba di GKJ, sudah ada rekan-rekan dari Yayasan Tjroeng, - Mbak Isna, Mbak Clara dan Pak Bambang. Mas Harris datang menyusul.


Ini pertama kali aku nonton konser di GKJ, dan ada yang bilang gedung ini punya tata suara yang paling bagus dibanding gedung pertunjukan lain. Aku sendiri kurang paham karena jarang nonton konser. Acara dibuka oleh pembawa acara dengan cukup resmi, termasuk menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Heh? Ini konser kenegaraan kah?

Keherananku berlanjut saat sebelum konser kami disuguhi deretan kata sambutan. Pertama dari ketua yayasan penyelenggara, terus dari Prof Tilaar (yang promo buku soal Ki Hajar Dewantara) dan terakhir dari Bapak Basuki, Menteri PU yang baru. Untunglah pidato pak menteri cukup singkat dan dia berujar "Saya percaya ini konser musik bukannya lomba pidato, jadi saya cukupkan sekian saja". Wah, langsung aku tepuk tangan, dalam hati.


MC untuk konser tunggal ini dilakukan oleh salah satu tokoh keroncong, Tuti Maryati. Di awal sambutan beliau sempat sedikit memberi penjelasan singkat tentang sejarah musik keroncong. Dalam kesempatan ini dia ikut sedikit menyumbang suara, dengan menyanyikan lagu Bengawan Solontapi dalam cengkok suara penyanyi sunda. Keren.


Lagu pertama yang dinyanyikan adalah Penganten Agung, yang dibawakan dengan cukup megah dengan iringan dari OK Pesona Jowa pimpinan Koko Thole. Selanjutnya adalah salah satu lagu dalam album keduanya yang membawanya memenangkan penghargaan AMI Awards 2013, Nggayuh Katresnan.


Selama sekitar dua jam Indra membawakan berbagai lagu langgam dan keroncong, seperti Caping Gunung, Roda Dunia, Segenggam Harapan, St. Baju Biru, Entit dll. Suaranya benar-benar bagus dan powerful. Bahkan tanpa mikrofon pun mungkin suaranya masih bisa memenuhi ruanagan dengan merdu. Cara dia mengisi jeda antar lagu dan berinteraksi dengan penonton juga cukup asyik, ramah dan sedikit kemayu, membuat pertunjukan jauh dari rasa bosan.


Dalam kesempatan ini, pak menteri Basuki juga ikut menyumbang satu lagu keroncong. Beliau menyanyikan lagu Hanya Engkau, yang pernah dipopulerkan oleh Koes Plues. Apakah suaranya bagus? Ya cukup bagus untuk ukuran pejabat dan birokrat, tapi ga cukup bagus lah untuk ukuran biduan. Setidaknya yang perlu diapresiasi adalah kepedulian beliau untuk perkembangan musik keroncong.




Pas tengah acara baterei kamera habis, jadi aku tidak bisa mendokumentasikan acara konser sampai tuntas. Termasuk jeda "iklan" yang menampilkan ketiga putri Indra yang cantik-cantik, yang berkolaborasi menyanyikan lagu untu mama. Cukup bagus, dengan iringan band anak muda (kok ga pakai keroncong sekalian hehehehe).

Salah satu catatan kurang baik soal konser ini, selain soal pidato dan selingan iklan remaja, adalah persiapan alat musik. Pas awal mic bermasalah. Selanjutnya kabiola yang dipakai juga sempat tidak ada suaranya karena gangguan kabel. Juga latarbelakang animasi di panggung yang kadang kurang nyambung dengan lagu dan ala kadarnya. Mbak Isna sampai nyeletuk, kayaknya mendingan gak pakai animasi background deh.

No comments:

Bintaro View From Gramedia Building

Akhir tahun gak ada acara apa-apa, jadi iseng saja pergi ke Gramedia buat lihat-lihat buku, mumpung pandemi sudah berlalu. Ini pemandangan k...