20 September 2013

Short Story of Milo, Poor Cute Paralyzed Kitten


Tak kusangka kalau siang ini adalah terakhir kali aku memberi makan kucing kecil imut ini. Aku bela-belain beli makanan kaleng karena sejak semalam dia enggan makan. Aku cukup lega karena waktu aku beri makanan, dia makan meskipun sedikit. Lalu aku tinggal pergi untuk meeting di Kemang.


Kucing kecil ini lumpuh kedua kakinya, "dibawa" oleh tetanggaku ke depan rumah. Tetanggaku sih gak ngaku kalau dia yang bawa, tapi aku sendiri melihat dari balik jendela waktu dia membawanya. Merasa kasihan, kami memutuskan untuk merawatnya. Esoknya istriku membawanya ke dokter dan di-rontgen, tampak kalau tulangnya sudah remuk dan tidak bisa pulih lagi.

Dokter sempat bertanya, "Gimana, sanggup ngerawat?" Soalnya dengan kondisi seperti itu jarang ada yang mau memelihara. Ya gimana lagi, dah terlanjur kasihan. Dugaan istriku, biasanya kalau sudah seperti ini tidak bisa bertahan lama. Tapi aku lihat kucing ini punya semangat juang yang tinggi. Buktinya dia bisa bertahan. Meskipun lumpuh, gerakannya lincah. Dia berlari cukup cepat sambil menyeret kedua kaki belakangnya. Diapun senang bermain. Melihat tidak ada bekas luka, kecelakaan yang dialami sudah cukup lama dan terbukti dia bisa bertahan.

Istriku memberinya nama "Milo".


Agar gak keluyuran jauh, kami letakkan di kandang. Apalagi dalam kondisi seperti itu dia tidak bisa mengontrol sekresinya, buang air besar maupun kecil dilakukan setiap saat dan kapan saja. Lagipula kasihan kalau kemana-mana menyeret perutnya, bisa terluka.

Tapi dia gak betah di dalam kandag. Dia selalu berusaha untuk keluar, dan beberapa kali sengaja aku keluarkan agar dia bermain. Sangat ceria, bahkan dia selalu ingin mengajak kucing lain bermain. Biasanya Miow yang menemaninya bermain.


Aku kepikiran untuk membuat "kursi roda" agar dia tidak perlu menyeret-nyeret bagian belakang tubuhnya. Beberapa kali aku iseng membeli mobil-mobilan untuk diambil rodanya. Sempat tiga kali percobaan, tapi masih gagal. Hanya yang kedua yang cukup berhasil, sayangnya bahannya kurang kuat sehingga gampang lepas. Waktu aku coba pakaikan, dia langsung berlari kesana-kemari di jalanan. Tapi gak sampai lima menit dan berantakan lagi.

Agar dia lebih nyaman, di dalam kandang kami beri alas popok, seperti yang untuk bayi. Jadi dalam dua minggu terakhir itu kami belanja alas popok itu, dan tiap hari diganti karena selalu kotor. Kadang-kadang aku juga nyebokin dia, karena kotorannya sering belepotan di kaki dan ekornya. Sebenarnya kasihan juga dia kedinginan, tapi daripada kotorannya dikerubungi lalat, lebih kasihan lagi.


Karena kucing-kucing kecil lain yang ada di teras rumah sedang sakit parah, kami putuskan untuk memindahkannya ke dalam rumah, di teras lantai atas. Di sini tampak dia sangat tidak nyaman. Selalu berusaha untuk kabur, mengeong ingin keluar. Kadang aku sengaja membiarkannya keluar dan berjalan-jalan di lantai, tapi entah kenapa, dalam dua hari terakhir dia hanya bermanja-manja. Bukannya bermain, dia "ngintil" terus, dan kalau aku duduk, dia cuma bersender di kakiku.


Ini saat dia berhasil meloloskan diri dari kandang. Aku kaget juga awalnya kok tahu-tahu dia sudah ada di tangga. Setelah aku masukkan lagi ke kandang, ketahuan juga celah yang dia pakai untuk meloloskan diri. Dua hari lalu dia mulai rewel makan. Mungkin karena biasanya kami beri makanan kaleng, tapi karena stok habis, kami beri ikan rebus saja.

Kebetulan hari Kamis aku ada meeting hampir seharian, jadi tidak sempat mengawasinya. Pas pulang, kata istriku dia gak mau makan. Tapi waktu aku beri ikan tongkol yang baru saja direbus, dia sempat makan. Jadinya aku tenang, toh masih doyan makan.

Eh, esok harinya dia sama sekali tidak mau makan. Tidak tanda-tanda sakit, tidak tampak flu atau pilek, badannya juga tidak terlalu panas. Akhirnya aku beli makanan kaleng, dan ternyata dia mau makan, meskipun dikit. Sebelum aku tinggal pergi, aku sempat nyebokin dia dan membersihkan badannya. Di situ tampak kalau badannya jauh lebih kurus dibanding waktu pertama datang. Kasihan sekali. Kami berencana membawanya ke dokter besok, untuk diperiksa dan kalau sehat sekalian divaksin, biar lebih tahan. Soalnya sudah 3 kucing meninggal dalam seminggu ini.

Tapi ternyata rencana tinggal rencana. Malam harinya dia tampak lemas. Bukan lemas seperti kucing yang jarang makan, tapi seperti lumpuh. Dia kesulitan mengangkat badannya, padahal biasaya lincah sekali menyeret kakinya. Mulutnyapun tertutup rapat, enggan membuka. Istriku mencoba memberinya vitamin tidak bisa masuk karena mulutnya rapat tertutup. Penasaran, aku coba paksa buka mulutnya, dan bisa meskipun dengan susah payah. Aku berikan vitamin nutri gel ke mulutnya. Sempat tergigit juga jariku. Meskipun masih kecil, tapi giginya sangat runcing.

Tak beberapa lama istriku bilang kalau Milo stress karena susah bergerak, jadinya dia mencakar-cakar alas yang dia pakai. Aku kepikiran kalau kemungkinan dia dehidrasi, jadi aku siapkan oralit, buat pengganti infus lah kurang lebihnya, harapanku begitu. Setidaknya moga saja dia bisa bertahan sampai besok untuk kami bawa ke dokter.

Pelan-pelan aku semprotkan oralit ke dalam mulutnya, yang enggan terbuka. Agar bisa masuk, aku sedikit membuka mulutnya dengan satu tangan, tangan yang lain menyuntikkan air ke dalam mulutnya. Sepertinya dia gak suka dan langsung menggigit tanganku. Wuih, sakit juga, bahkan lebih sakit daripada gigitan kucing dewasa. Cukup banyak oralit yang masuk tapi kondisinya tidak membaik. Dia hanya bisa menggerakkan kepalanya, nafasnya mulai terlihat lambat, dan tangannyapun sudah tampak susah digerakkan.

Aku sedih melihatnya. Aku bopong, aku usap-usap dan aku sandarkan kepalanya ke telapak tanganku. Tak lama kemudian wajahnyapun mulai kaku, meskipun matanya masih terbuka. Aku pegang dadanya sudah tidak ada gerakan lagi. Berakhir sudah penderitaannya....

Untuk sesaat aku membopongnya dengan kedua telapat tanganku. Rasanya lebih menyesakkan dibanding waktu Miow, Ciko dan Ringgo meninggal. Pas tiga minggu lalu dia datang, tapi tiga minggu kebersamaan itu tampak sudah seperti memberi ikatan batin tersendiri. Sedih. Sayang sekali aku tidak bisa menguburkannya dengan baik. Selamat jalan sahabat mungilku ... Milo.

3 comments:

Chiqongunya said...

Salam, mas.
Kebetulan td malam kitten yg suka berkeliaran di kost saya jg mengalami lumpuh di kedua kaki belakangnya. Seperti habis kelindes motor. Sedih sekali melihat kondisinya. Perutnya jg membuncit. Saya hanya bisa berharap semoga dia diberi panjang umur meski dengan kondisi lumpuh.

Unknown said...

Saya juga pnya mas kucing lumpuh, tolong dong kasih tahu tutorial buat kursi rodanya

Unknown said...

Saya juga pnya mas kucing lumpuh, tolong dong kasih tahu tutorial buat kursi rodanya

Bintaro View From Gramedia Building

Akhir tahun gak ada acara apa-apa, jadi iseng saja pergi ke Gramedia buat lihat-lihat buku, mumpung pandemi sudah berlalu. Ini pemandangan k...