16 September 2013

In Memorial : Kucing Miow


Istriku pertama kali menemukan Miow di belakang rumah, mengeong-ngeong sendirian di tengah hujan. Karena kasihan, dibawalah ke teras rumah dan dirawat. Sehat, perutnya gendut, nafsu makannya bagus. Sayangnya karena masih kecil, dia sempat kesulitan makan, hanya bisa menggigit sedikit demi sedikit.

Tiap pintu rumah dibuka, dia akan langsung menerobos masuk, mengeong-ngeong minta makan. Suaranya yang kecil membuatnya aku panggil Miow. Karena buncit dan bulunya masih njegrak, Andre sering menyebutnya ulat bulu :)


Karena terlalu dini pisah dari induknya, dia jadi kurang terlatih membersihkan diri sendiri. Akibatnya badannya bau. Geregetan, istriku memandikannya. Setelah mandi dia langsung ngambek dan lari ke luar pagar, meskipun cuma ndekem di depan rumah, gak pergi jauh. Tapi memang kucing ini kalau ngambek selalu lari keluar pagar, dan duduk di depan rumah.



Makannya agak rewel, tapi selalu ingin makan seperti gak ada kenyangnya. Kalau aku keluar rumah, dia sering "ngintil" hingga jauh. Tapi akhirnya berhenti juga dan balik lagi ke rumah.



Sayangnya daya tahan tubuhnya tidak bagus. Belum ada sebulan dia tinggal di teras rumah, dia sudah sakit dan tidak mau makan. Kami bawa dia ke dokter untuk diobati. Tapi pemulihannya tergolong lambat. Batuk dan pilek yang dideritanya awet berminggu-minggu. Kadang sempat pulih, tapi kemudian kumat lagi.

Setelah flu dan pileknya mereka, ada satu masalah lagi - kebiasaan mencret. Selain tidak pandai membersihkan diri, dia juga tidak pandai cebok. Seringkali setelah buang air besar, masih ada kotoran yang tersisa dan berceceran di lantai. Kadangkala malah dia seperti tidak sadar mencret di lantai, sambil berkeliaran minta makan. Capek juga jadinya harus berulang kali membersihkan lantai.



Sempat kami bawa lagi ke dokter, dan sementara diduga karena cacing. Karena kewalahan membersihkan lantai, Miow kami kurung dalam kandang. Setelah beberapa hari (cukup lama juga), kondisinya membaik dan kami keluarkan dia.



Kami mulai senang waktu kondisinya membaik, sudah mulai jarang mencret dan mulai pandai membersihkan diri. Kami tetap belum mengijinkan dia bermain di dalam rumah, takut masih mencret sembarangan.

Sayang sekali, bersamaan dengan sakitnya Ciko, penyakit Miow mendadak kumat. Tidak hanya flu, tapi dia mulai gak doyan makan. Biar gak keluyuran, sempat kami karantina di kamar kosong bagian belakang, bersama Ciko dan Ringgo yang juga sakit. Istriku dengan telaten memberi air gula-madu, memberi antibiotik dan vitamin. Kondisinya makin parah karena masih tidak mau makan, dan setelah 4 hari, aku menemukannya sudah terbaring kaku di dalam kadang, bersama dengan Ciko yang juga sudah kaku.

Sedih juga. Dulu sering menganggap remeh kalau ada yang cerita nangis waktu kucingnya mati. Eh, giliran ngalamin sendiri, kok mewek juga.

No comments:

Bintaro View From Gramedia Building

Akhir tahun gak ada acara apa-apa, jadi iseng saja pergi ke Gramedia buat lihat-lihat buku, mumpung pandemi sudah berlalu. Ini pemandangan k...