17 June 2013

From Bugis to Bras Basah


Siang ini aku makan siang bareng Bang Pii di daerah Bugis. Kebetulan bos ada acara makan siang di tempat lain, jadi aku bisa nebeng dan di drop di Bugis Junction.


Pii sendiri kerja di daerah Toa Payoh, dan dia cukup berbaik hati menemuiku di sini, yang dianggap tidak terlalu jauh dari tempatku maupun tempat dia. Kami makan di salah satu tempat pinggir jalan Victoria, dan ngobrol sejenak. Sudah lama dia ada di Singapura, tapi tiap aku pas ada tugas ke sana selalu saja gagal untuk bertemu. Kalau dipikir-pikir sudah hampir 3-4 tahun kami tidak ketemu.


Sesudah makan, aku iseng jalan-jalan sebentar di pusat perbelanjaan di Bugis. Cuaca kali ini tidak bersahabat untuk dipakai jalan-jalan, karena adanya asap dari Sumatera. Kondisi asap masih belum berbahaya, tapi sudah cukup mengganggu.


Ah, aku lupa nama patung ini. Di daerah sekitar patung ini banyak pedagang, juga ada banyak "becak" yang parkir di sepanjang jalan Albert. Baru tahu aku kalau ada becak atau trishaw di Singapura, sementara di Jakarta sudah lama dilarang.


Yang menarik bagiku, di tempat ini banyak sekali lapak tukang ramal tradisional, bahkan berbadan hukum kalau gak salah. Di daerah yang sudah sangat maju seperti Singapore, bisnis seperti ini masih laku juga, entah untuk mempertahankan budaya, atau memang kepercayaan mereka masih cukup kuat akan tradisi lama.


Aktivitas warga di Singapura hari ini belum terlalu terpengaruh keadaan asap. Di pasar tradisional di Waterloo ini masih padat dengan pengunjung.


Dugaanku, padatnya pengunjung, entah penduduk asli atau wisatawan di tempat ini tidak bisa terlepas dengan keberadaan klenteng Kwan Im Thong Hood Choo. Tampak sekali banyak orang yang beribadah di tempat ini, memanjatkan doa di depan kuil.


... dan tidak heran juga kalau banyak yang jualan bunga di depan kuil, rata-rata sih ibu-ibu paruh baya. Kulihat mereka berjualan dengan tertib, tidak berisik ataupun mengganggu.


Tidak jauh dari klenteng Kwan Im, ada kuil Sri Khrisnan. Ciri khas kuil India adalah banyaknya patung yang mungkin melambangkan tokoh-tokoh di cerita Ramayana atau Bharatayuda, atau cerita lain. Sangat khas.


Yang menarik bagiku, pengungjung kuil India ini tidak hanya orang-orangg India, tapi justru orang-orang berwajah oriental (Tionghoa). Bukankah mereka kebanyakan penganut Budha, sementara kuil India identik dengan Hindu? Atau mungkin karena agama Budha sendiri punya akar dari agama Hindu, jadi bagi mereka sama tidak ada bedanya beribadah di kuil Hindu ataupun Budha? Mungkin.


 Aku sering lewat bangunan itu, dan cukup menarik minatku karena bentuknya yang kuno dan warnanya mencolok. Ternyata bangunan itu dipakai untuk semacam kegiatan seni, kalau gak salah disebug Sculpture Square, di perempatan antara Mddle Rd dan Waterloo St. Aku belum sempat melihat lebih dekat apa isinya.


Perjalananku berakhir di Bras Basah, karena sudah siang dan kebetulan ketemu dengan gerbang menuju stasiun MRT. Dekat dengan lokasi itu ada Singapore Art Museum. Perjalanan yang melelahkan, tapi lumayan lah buat refreshing.

No comments:

Bintaro View From Gramedia Building

Akhir tahun gak ada acara apa-apa, jadi iseng saja pergi ke Gramedia buat lihat-lihat buku, mumpung pandemi sudah berlalu. Ini pemandangan k...