15 November 2008

Tjroeng on Festival Toegoe



Tjroeng adalah buletin bulanan yang diterbitkan oleh milis komunitas penikmat keroncong (Keroncong Cyber). Dalam Festival Toegoe kali ini, Tjroeng mendapat stand khusus untuk membagikan buletin secara gratis, termasuk menjual kaos sebagai salah satu sumber dana penerbitan buletin tersebut.

Acara ini juga dimanfaatkan untuk kopdar, temu muka bagi anggota milis keroncong. Meski tidak semua bisa data, namun cukup banyak yang bergabung khususnya anggota dari Jakarta dan Bandung, serta ada satu dari Surabaya menyempatkan diri untuk datang.



Ini Mas Haris, pemimpin redaksi Tjroeng, yang menggunakan nickname Mboets dalam tulisannya.



Dalam festival ini, keroncong cyber diberi kesempatan untuk mengisi acara, dan tentu saja yang dimainkan adalah musik keroncong. Personel yang memainkan keroncong ini berasal dari orkes keroncong yang berbeda-beda, dan karena keterbatasan waktu, tidak sempat ada latihan bagi pementasan kali ini. Jadi bisa dibilang penampilan kali ini adalah penampilan spontanitas, namun hasilnya tetap tidak mengecewakan.

Vokalis yang tampil adalah Maya (Bandung) dan Clara (Jakarta), sedang pemain biola meminjam pemain biola dari Keroncong Toegoe. Mas Adi dan Mas Bambang (Bandung) memainkan bas bethot, sementara mas Puji Heru (Jakarta) memainkan gitar.



Andi (Jakarta) dan Wiwied (Bandung) cukup kompak memainkan cak dan cuk. Dulu aku cuma tahu alat musik ini disebut ukulele. Cuk bersenar 3 (nilon) sementara Cak mirip dengan Cuk, hanya saja bersenar 4 (baja) dimana 2 senar paling atas agak berdekatan dengan suara lebih melengking (CMIIW :D). Kedua alat ini jelas tidak bisa dihilangkan dari irama keroncong, karena jelas-jelas membentuk irama tersendiri yang menjadi ciri khas keroncong.



Ini Clara waktu menyanyikan lagu Mawar Biru. Dalam sebuah posting di milis, dia bercerita kalau dia pernah mengikuti audisi Indonesian Idol di Jakarta atas desakan dari rekan-rekan kerjanya. Meski memiliki suara yang bagus, dia tidak berhasil lolos babak pertama audisi itu, karena satu alasan : dia membawakan lagu keroncong :)). Serta merta rekan-rekannya yang mendukung dia audisi merasa kecewa berat. Salut buat kesetiaannya pada keroncong!!



Pak Win datang agak terlambat membawa spanduk panjang tentang keterlibatan Tjroeng dalam festival ini. Rencananya di spanduk ini, setiap anggota milis akan membubuhkan tanda tangan, sebagai simbol semangat untuk melestarikan budaya Keroncong, yang seharusnya adalah budaya asli bangsa Indonesia.



Merasa tak puas hanya tampil dengan membawakan 2 lagu di panggung, selesai acara, komunitas keroncong cyber berkumpul bersama untuk berkeroncong ria dengan meminjam perlengkapan keroncong dari Keroncong Toegoe. Yang nyanyi ya sesama anggota, dengan pilihan lagu spontan. Cukup meriah dan benar-benar bisa membangun keakraban.



Tak lupa berfoto bersama di pelataran gereja Toegoe sambil membawa spanduk.
Ayo, gabung dengan komunitas keroncong di http://launch.groups.yahoo.com/group/keroncong/

No comments:

Bintaro View From Gramedia Building

Akhir tahun gak ada acara apa-apa, jadi iseng saja pergi ke Gramedia buat lihat-lihat buku, mumpung pandemi sudah berlalu. Ini pemandangan k...