26 February 2022

Vaksinasi Covid Pertama dan Kedua

Suasana di puskesmas Sawah Lama saat diadakan vaksinasi covid-19. Adanya pelonggaran PPKM dan vaksinasi sebagai syarat untuk bisa bepergian ke luar kota, membuat antusiasme warga untuk mendapatkan vaksinasi jadi melonjak.

Tanggal 5 Februari 2022, aku dapat suntikan vaksinasi covid yang pertama.

Aku bukan antivaksin, sebaliknya justru mendukung vaksinasi, meski kurang suka kalau apa-apa jadi harus pakai syarat sudah divaksin. Meski vaksinasi sudah dilakukan sejak lama, tapi baru kali ini aku menyempatkan diri untuk mendapatkan vaksinasi. Soalnya tahun lalu aku sudah kena infeksi covid varian Delta, sebelum sempat mendapat vaksinasi. Selanjutnya menurut aturan aku disarankan menunggu setidaknya 6 bulan baru bisa dapat vaksinasi. Ya sudah, toh aku juga gak kemana-mana.

Selain itu aku pikir vaksinasi sudah tidak gencar lagi, karena aku jarang dapat info dimana saja ada vaksinasi. Belakangan baru tahu kalau di puskesmas ada jadwal rutin vaksinasi, jadi aku tanya ke puskesmas terdekat, katanya bisa datang hari Sabtu. Ya sudah, jam 7 aku ambil antrian dari satpam, pulang sebentar, terus jam 8 mulai antri di puskesmas. 

Dimulai dari mengisi kartu vaksin dan form keterangan untuk screening, terus nunggu dipanggil sesuai nomor antrian. Aku dapat nomor sekitar 40an, tapi tidak sampai satu jam sudah dapat giliran. Saat screening ada pertanyaan, pernah kena covid atau belum. Pernah, tapi sudah tahun lalu. Selanjutnya nunggu giliran disuntik vaksin. Aku dapat jenis vaksin Pfizer.

Efek vaksin ini lumayan berat, setidaknya dibanding dengan Sinovac. Beberapa orang yang dapat vaksinasi sinovak mengatakan mereka tidak merasa efek apa-apa. Sementara aku merasa pusing (sampai 2 hari), sedikit demam dan pegal di lengan bekas (lumayan lama, sampai seharian). Tapi gejala ini gak begitu parah dibanding saat terkena covid varian Delta. Makanya aku sengaja gak minum obat, meski rasanya aku jadi agak lemas dan malas ngapa-ngapain, untunglah pas akhir pekan jadi lebih santai. Di hari ketiga aku iseng minum kopi, eh gak lama kemudian rasa pusingnya hilang. Gejala lain sih sudah hilang sejak lama, tinggal pusing yang agak awet.

Tanggal 10 Feb 2022, pagi hari aku, El dan Fe pergi ke klinik Dhia untuk swab test antigen. Soalnya istriku sudah lebih dulu test dan ternyata positive terkena covid (lagi) varian Omicron. Memang dia dan Andre sempat batuk-batuk beberapa hari ini. Kemungkinan terkena dari teman kantornya, karena sudah mulai kerja dari kantor. Aku sendiri memang merasa tenggorokan kurang nyaman beberapa hari lalu, tapi gak batuk atau demam, hanya sedikit pusing. Selebihnya semua tampak normal. Tapi karena tinggal satu rumah, gak heran kalau aku juga positif terinfeksi virus covid-19, begitu juga dengan El. Sedangkan Fe tidak dites, toh bakal tetap ikut isoman. Aku paling benci tes swab ini, soalnya hidung agak sensitif, jadi waktu dites pasti bersin dan "nangis".

Saat test di klinik, rupanya bareng dengan keluarga pak Budhi, tetangga dekat rumah. Sekitar seminggu lalu beliau dinyatakan positif terkena covid, dan sekarang semuanya tes lagi untuk memastikan sudah sembuh atau belum. Syukurlah mereka semua, termasuk ibunya, sudah dinyatakan negatif.

Kalau saat terkena virus varian Delta tahun lalu kondisinya sangat menyiksa dan cukup lama, kali ini yang aku rasakan berbeda. Bisa dibilang aku nyaris tanpa gejala. Tidak demam, tidak batuk, penciuman normal, nafsu makan juga gak masalah. Lebih gak enak waktu merasakan efek vaksin pertama. Mungkin juga karena aku baru seminggu dapat vaksin, jadi kekebalan akibat vaksin masih cukup kuat meski virus tetap bisa masuk. Hanya karena aku sungkan dengan tetangga saja, makanya aku ikutan isoman, gak kemana-mana sampai kami semua dinyatakan negatif.

Kalau waktu varian Delta, butuh waktu 14 hari untuk boleh tes lagi dan mendapat hasil negatif, saat kena varian Omicron ini, rata-rata hanya butuh 7 hari untuk tes ulang dan kebanyakan hasilnya negatiif. Aku sempat mencoba ikut PCR di puskesmas, tapi hasilnya lama. Jadinya tanggal 20 Feb 2022 aku tes antigen di klinik lagi, dan dapat hasil negatif. Jadi kami bisa beraktivitas normal lagi di luar rumah.


 Beberapa jenis vaksin, seperti sinovac, harus menunggu sekitar 3 bulan sejak vaksinasi pertama untuk bisa mendapat suntikan yang kedua, vaksin jenis Pfizer jaraknya cukup dekat, cuma 3 minggu. Makanya tanggal 26 Feb 2022 aku sudah ikutan lagi vaksinasi tahap kedua, dapat Pfizer lagi, di tempat yang sama yaitu di puskesmas Sawah Lama. Sebenarnya aku belum disarankan mendapat vaksinasi karena baru saja kena covid dan seharusnya menunggu 2-3 bulan lagi. Tapi aku cuek saja lah, malas nunggu lama lagi, keburu gak sempat pulang kampung hehehe.

Lagi-lagi, efek paska vaksinasi tahap kedua ini mirip dengan tahap pertama. Yang penting sudah sah, dapat sertifikat vaksin di aplikasi Peduli Lindungi, dan warna status berubah jadi hijau. Bisa lebih tenang kalau mau jalan-jalan ke tempat rekreasi atau ke mal.

No comments:

Bintaro View From Gramedia Building

Akhir tahun gak ada acara apa-apa, jadi iseng saja pergi ke Gramedia buat lihat-lihat buku, mumpung pandemi sudah berlalu. Ini pemandangan k...