Sepenggal kisah perjalanan sehari di Bandung, di sebuah weekend awal bulan ... habis gajian :)
Berangkat kurang dari jam 8 pagi, dari rencana jam 7. Padahal, di hari biasa, jarang sekali ada yang bisa datang tepat waktu jam setengah 9. Ada kemauan pasti ada jalan.
Perjalanan panjang tak lepas dari cemilan. Sebelum memasuki tol, beli dulu cemilan dan minuman untuk menemani obrolan di sepanjang perjalanan yang bakal ditempuh lebih dari 2 jam (mengingat macetnya Bandung saat weekend).
Sarapan. Semula ada yang punya ide untuk makan pagi di warung nasi uduk yang murah-meriah, ternyata gak buka. Jadi pilihan sarapan dialihkan ke rest area daerah Karawang. Meski masih pagi, tempat ini cukup ramai, dan akibatnya, kami harus menunggu cukup lama untuk pesanan yang dijanjikan hanya 10 menit #-o.
Makan siang yang terlambat .. jam 2 lebih (lha kok, cuma pindah makan doank). Gimana lagi, tidak setiap orang punya tujuan jalan-jalan waktu ke Bandung. Kebetulan 2 orang di bagian depan itu di weekend pun masing mikirin kerjaan, yang ujung-ujungnya menyia-nyiakan waktu luang yang dimiliki peserta lainnya. Maaf yaaaaa ....
Mencoba hidangan khas sunda di nasi Bancakan, jalan Trunojoyo. Suasana dusun benar-benar terasa ketika ngantri ambil makanan: bau asap dari tungku kayu bakar, piring dari seng (walaahhh ... jadul amat, jadi ingat jaman kecil di tempat nenek) serta pilihan menu yang khas Sunda, dilengkapi tulisan-tulisan dalam bahasa Sunda.
Intermezzo : kisah segitiga :)
Eksekusi agenda utama bagi para ibu, belanja di FO. Pilihannya adalah FO yang tersebar di kawasan jalan Riau, sesuai rekomendasi Anggit. Dimulai dari Stamp, FO yang sepertinya dikelola oleh PT Pos, di gedung yang sama dengan kantor Pos Bandung.
Dari tempat itu, bergerak ke sepanjang jalan Riau, memasuki sekitar 5 FO, dan hasilnya adalah 1 buah keset yang ditawarkan penjaja keliling hehehehe... Gimana ya, emang dasar gak niat belanja, sekedar ikut walking-walking saja.
Makan malam di Simpang Dago... :))
Awalnya hendak makan di daerah Dago Pakar, ternyata penuh minta ampun, banting stir dan akhirnya mampir di Pasar Simpang Dago saja. Kawasan ini sudah terlihat lebih rapi dibanding 10 tahun lalu. Namun aromanya tetap sama, aroma yang membawa kenangan di tahun-tahun awal aku di Bandung, dan sepanjang masa di Bandung. Sebagai tempat yang paling sering kulewati, tempat ini menyimpan kenangan tersendiri.
No comments:
Post a Comment