Semalam aku sudah pesan tiket untuk masuk Ancol, tapi hampir saja rencanaku gagal karena hujan turun sejak pagi. Untunglah, sekitar jam 10 hujan mulai reda, menyisakan gerimis rintik-rintik. Jadi aku melanjutkan rencana untuk jalan-jalan ke Ancol, mencoba menggunakan kereta api.
Berangkat dari St. Jurangmangu, naik kereta ke arah St. Tanah Abang. Terus transit, bisa naik kereta ke arah Kampung Bandan atau ke arah Manggaraii. Aku naik kereta mana yang duluan tiba, toh tempat nunggunya sama, cuma beda peron sebelah kanan atau kiri. Aku naik kereta ke arah Manggarai.
Ini pertama kali aku melihat St. Manggarai yang sudah direnovasi, benar-benar beda. Gedung stasiunnya sudah sangat rapi dengan arsitektur mirip bandara. Setidaknya gak kalah lah kalau dibanding stasiun MRT di Singapore (ya seingatku saja, karena dah lama gak ke sana juga). Maklumlah, soalnya ini jadi salah satu stasiun kereta bandara, jadi harus dipoles dengan bagus.
Konsekuensi dari renovasi ini adalah perpindahan dari satu jalur ke jalur lain jadi agak ribet, bisa dibilang melelahkan. Apalagi kalau mau pindah ke jalur Bogor-Kota, harus naik ke atas karena jalurnya dibuat berada di atas, seperti halnya jalur rel dari Cikini - Kota yang memang sudah ada di atas. Bagusnya jalur kereta yang melayang ini adalah tidak mengganggu lalu lintas jalan raya, sehingga masing-masing relatif lebih lancar.
Dari Manggarai, aku naik kereta ke arah stasiun Kota. Meski sudah ada renovasi dan perbaikan, tapi secara umum bentuk St. Kota ini masih mempertahankan bangunan yang lama, sehingga tidak merusak cagar budaya ini.
Seingatku aku baru sekali naik kereta dari stasiun ini, suatu hari waktu mau ke Bogor, itupun lupa kapan, tapi sudah lama. Tapi meski hanya sekali, aku ingat betul bentuk stasiunnya, dan tidak banyak berubah.
Dari St. Kota aku naik kereta yang ke arah Tanjung Priok. Melintasi stasiun Kp. Bandan, terus ke St. Ancol dan aku turun di sana. Stasiun Ancol masih tidak banyak perbaikan, stasiun kecil ala kadarnya, dan bagiku agak membingungkan karena aku tidak paham daerah ini.
Keluar dari St. Ancol langsung berhadapan dengan jalan raya yang di atasnya adalah jalan tol lingkar luar Jakarta. Jalanannya lebar dan padat, ada beberapa angkot ngetem menawarkan arah ke Ancol. Aku jadi bingung, melihat ke Google Maps juga agak bingung. Setelah bengong sebentar, aku iseng nyoba menyeberang jalan saja, karena melihat ada jalan masuk ke arah utara persis di seberang St. Ancol. Kalau kesasar, ya tinggal jalan balik, toh masih siang.
Tantangan tersendiri buat menyeberang jalan karena jalan yang lebar tanpa jembatan penyeberangan maupun rambu penyeberangan. Bagi orang dewasa mungkin tidak terlalu masalah, tapi kalau mengajak anak-anak akan sedikit beresiko saat menyeberang jalan.
Jadi aku melewati jalan ini, dengan adanya jalan setapak yang nyaman buat pejalan kaki. Ternyata ini jalan menuju gerbang tol Ancol sebelah Timur.
Jadi sebenarnya, dari St. Ancol, tinggal menyeberang dan jalan kaki kita sudah akan tiba di gerbang masuk kawasan Ancol. Praktis sekali naik kereta api, cepat dan (sangat) murah.
Sayangnya memang tidak ada jembatan penyeberangan atau fasilitas penyeberangan dari St. Ancol ke gerbang masuk ini, kalau ada, akan sangat menyenangkan ke Ancol cukup naik kendaraan umum. Semoga suatu saat akan lebih nyaman, jadi masuk Ancol tidak hanya lewat jalur busway.
No comments:
Post a Comment