Sepeda roda empat.
Sepeda roda dua tanpa pedal - kick bike.
Sepeda bmx anak roda dua.
I just try to capture an ordinary life --- moments, things, places, peoples, etc. --- with a simple skill
I believe that we can find many interesting things in life, even in a very simple thing.
Bosen di rumah saja, aku ajak bocah-bocah jalan-jalan sebentar naik motor. Salah satu tujuanku sebenarnya pengen beli tanaman di daerah Graha Bintaro. Tanpa rencana, kami mampir di sebuah kafe yang menjual menu pisang, sesuai nama tempatnya Nana Banana.
Aku beli jus - mangga dan stroberi - dengan harapan El atau Fe juga ikutan menikmati, tapi ternyata mereka tidak tertarik. Sempat tertarik dengan jus stroberi, tapi hanya mencicipi sedikit terus gak mau lagi.
Akhirnya revitalisasi Situ Bungur sudah selesai beberapa minggu lalu, jogging track dengan konblok lumayan rapi mengelilingi danau, memudahkan warga yang ingin sekedar jalan-jalan atau jogging. Juga ada papan nama dan sedikit lahan parkir. Areal kumuh dekat pemukiman warga, yang dulunya penuh dengan kotoran unggas, juga dirapikan -- konsekuensinya beberapa pohon juga harus disingkirkan. Kawasan pedagang juga dirapikan, untuk sementara, tapi aku sih yakin, bakal muncul lapak-lapak pedagang kaki lima, apalagi kalau tempat ini ramai pengunjung.
Pagi-pagi aku iseng jalan-jalan ke sana, Fe yang sudah bangun ikutan. Sayangnya, meskipun baru sekitar jam 8 pagi, matahari sudah terasa panas menyengat. Jadi aku batal jalan memutari danau, apalagi ada Fe. Cuma main di pelataran ini saja, foto-foto sebentar terus pulang.
Pemberlakuan pembatasan sosial, termasuk aktivitas belajar secara daring/online dari rumah, membuat anak-anak memiliki lebih banyak waktu di rumah. Tentu saja membuat bosen dan juga kesempatan untuk bermain dengan rekan-rekan sebaya di lingkungan. Salah satu aktivitas yang digemari saat sore hari adalah bermain bola di lapangan. Padahal sebelumnya, lapangan ini sempat lebih sering sepi, kalaupun ada yang memakai biasanya anak-anak dari luar kompleks.
Belakangan hampir tiap sore, hingga maghrib, anak-anak rutin bermain sepakbola seadanya. Pesertanya dari anak-anak SD hingga SMA. Kalaupun ada orang tua yang ikutan, paling cuma aku dan Pak Reza.
Mumpung ada flash sale, jadi aku beli mainan ini, tanpa mengharap mainan yang bagus, toh harga murah. Ternyata mainannya bagus. Sekilas kayak mainan pesawat dari foam/busa yang di warung harga 5000an, tapi ini beda.
Desainnya bagus, busanya juga lebih kokoh dan tebal. Tapi yang paling menarik adalah ada mesin kecil untuk menggerakkan baling-baling di belakang. Mesin itu ada baterai yang bisa diisi ulang, jadi meskipun cuma tahan sebentar, tapi cukup menyenangkan untuk bermain.
Saat aku menunjukkan ini ke El, dia senang sekali. Apalagi melihat pesawat ini bisa terbang meski hanya berputar-putar sebentar.
Pas pertama aku bawa ke lapangan, pesawat ini sempat hilang. Dia melaju ke atas, terlalu tinggi sampai aku kira tersangkut di pohon jambu di lapangan. Sudah dicari-cari, bahkan aku sempat manjat pohon, tetap gak ketemu. Ternyata dia tidak nyangkut di pohon, tapi terus melaju dan jatuh di jalanan, ditemukan oleh anak-anak kampung yang lewat. Mereka mengembalikannya karena tahu kalau mainan itu punya El.
Tapi besoknya mainan ini hilang, padahal cuma dimainkan di sekitar mushola. Mendadak pesawat mainan ini melaju ke atas, naik ke atap mushola. Karena panas, aku enggan mencarinya, dan niatnya bakal mencari kalau sudah sore, pas sudah agak dingin. Eh, sore hari pas aku cari, sampai naik ke atap mushola, pesawat ini gak ada. Sepertinya dia tidak nyangkut di atap mushola, tapi terbang jauh dan jatuh di tanah, terus diambil oleh orang lain yang gak tahu pemiliknya. Sejak itu kami tidak pernah melihatnya lagi.
Dekat rumah ada angkringan yang jual wedang jahe dan jahe susu, termasuk "nasi kucing" dan makanan lain. Kadang-kadang aku mampir di sini karena jahe-nya terasa sekali, hangat dan pas, beda dengan jahe di pedagang sekoteng yang suka keliling kompleks.
Yang sering aku makan di sini adalah nasi bakar dan kepala ayam. Oh ya, El kadang mau makan telur puyuh, tapi gak banyak.
Kembali menikmati senja bersama anak-anak, setelah proyek revitalisasi dihentikan - lebih tepatnya sudah selesai. Tempat favoritku adalah sisi timur, tempat yang pas buat melihat sunset.
Tanpa alat-alat berat terkait proyek, orang-orang lebih leluasa menikmati danau dan bermain, apalagi seputar danau sudah ada jogging track yang memutar, -- sebelumnya juga ada, tapi kurang rapi -- dan lebih bersih karena masih baru. Salah satu kekurangannya hanyalah kurang hijau, karena pepohonan yang dulu ada di sekeliling danau sudah banyak berkurang.
Stiker jaga jarak ditempatkan sebagai petunjuk bagi pengunjung sebelum memasuki mall. Ada pengecekan suhu dan juga fasilitas cuci tangan bagi pengunjung, dan juga ada pembatasan jumlah pengunjung.
Indonesia tidak berani menerapkan lockdown secara total, karena tidak siap secara ekonomi, jadi hanya menerapkan pembatasan sosial - inipun sudah berdampak cukup berat bagi perekonomian. Untuk itu beberapa mall membuat beberapa strategi untuk menghindari penyebaran virus Covid-19, sembari tetap beroperasi. Begitu juga di Bintaro Exchange Mall yang tak jauh dari rumah.
Wahana ice-skating di Bintaro Exchange tutup, dan tidak ada lapisan es di permukaan lantai. Akibatnya terlihat wujud asli lantai, berantakan dan terlihat aneh.
Selain stiker peringatan untuk menjaga jarak, elevator juga dilengkapi dengan fitur pendukung seperti tombol tanpa sentuh - cukup dengan meletakkan tangan di depan sensor untuk menentukan apakah akan naik atau turun.
.. di dalam lift juga disediakan hand-sanitizer..., sesuatu yang cukup populer, bahkan sempat mengalami kelangkaan.
Semoga pandemi ini bisa segera berakhir.
Akhir tahun gak ada acara apa-apa, jadi iseng saja pergi ke Gramedia buat lihat-lihat buku, mumpung pandemi sudah berlalu. Ini pemandangan k...