01 November 2014

Taman Budaya Tionghoa di TMII


Sekelompok remaja sedang asyik berfoto bersama di pelataran gerbang Taman Budaya Tionghoa di TMII. Anjungan ini tergolong baru di sini, mulai diresmikan sejak 2008 (atau 2010 ya?) dan menuai beberapa kritik. Terlepas dari kritik yang ada, aku rasa keberadaan taman ini cukup menarik, mengingat komunitas Tionghoa tidak bisa dilepaskan dari perkembangan sejarah bangsa ini, juga tidak sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari masyarakat dan budaya Indonesia.


Deretan rumah yang ada di taman budaya tionghoa ini, entah bagaimana mengatur isi rumah-rumah itu. Ada beberapa yang berisi perabotan kuno khas masyarakat Tionghoa, ada juga beberapa rumah yang khusus untuk kelompok Marga tertentu, seperti marga Wu dan Zhou. Entah mengapa beberapa marga itu mendapat tempat tersendiri, mungkin karena mengandung nilai sejarah atau punya komunitas yang besar.


Budaya Tionghoa tentu tak lepas dari shio alias zodiak ala Tionghoa, dan ada areal khusus berisi kedua belas binatang yang melambangkan masing-masing shio. Aku ingat di Chinese Garden Singapura juga ada patung-patung binatang shio ini.


Eh, ada patung Sun Go Kong lengkap dengan biksu dan teman-temannya juga. Kok masuk ke sini juga ya :-? Mungkin karena ini salah satu cerita yang sangat populer. Sampai saat ini aku masih penasaran dengan akhir cerita kera sakti ini, gak pernah baca bukunya sampai tuntas, filmnya juga belum nonton sampai selesai. Tapi yang paling membuatku penasaran adalah versi komik Tony Wong.


Gak cuma patung kera sakti yang ada di sini, tapi juga kisah legenda Sam Pek Eng Tay, mungkin karena saking terkenalnya. Tapi aku suka banget dengan patung ini, keren. Menggabungkan sepasang kekasih dengan gabungan pola kupu-kupu sebagaimana akhir cerita mereka. Harus diakui, cerita ini juga sudah menjadi bagian dari budaya nusantara, minimal di Jawa, karena dulu sering dijadikan tema cerita Ketoprak.


Nah ini namanya jembatan cinta, jembatan dengan gaya khas Tionghoa. Cocok banget buat foto pre-wedding atau post-wedding. Ada yang mau nyoba foto prewed dengan gaya melompat dari atas jembatan???? hehehe


John Lie, salah satu pahlawan nasional keturunan Tionghoa dan patungnya diletakkan di taman ini. Selain patung John Lie, juga ada patung-patung lain seperti Confusios, Guan Yu, dsb. Juga ada patung Garuda Pancasila sumbangan dari keraton Yogya.

Secara ide, menurutku, keberadaan anjungan ini cukup bagus dan perlu. Hanya saja kalau dilihat isinya kok ada beberapa yang agak kurang pas. Harusnya, seperti ide taman mini yang menampilkan budaya-budaya setiap propinsi di Indonesia, fokus anjungan ini lebih ke budaya Tionghoa di Indonesia saja. Daripada patung-patung dari legenda tionghoa, mungkin ditampilkan tokoh-tokoh lokal atau bangunan2 khas Tionghoa di berbagai sudut nusantara, seperti Pontianak, Lasem atau Medan. Atau para wali dan raja-raja yang ada keturunan Tionghoa, seperti Raden Patah misalnya.

Ada yang sedikit mengganggu atau mungkin aku rasa kurang pas, adalah beberapa prasasti yang berisi ayat-ayat kitab suci. Secara umum, masih banyak lahan yang belum dimanfaatkan di areal taman ini. Rencananya sih bakal diisi ini itu, kita lihat lima tahun ke depan. Sebagian besar patung atau bangunan yang ada di sini adalah sumbangan dari komunitas Tionghoa dari berbagai pelosok tanah air.

No comments:

Bintaro View From Gramedia Building

Akhir tahun gak ada acara apa-apa, jadi iseng saja pergi ke Gramedia buat lihat-lihat buku, mumpung pandemi sudah berlalu. Ini pemandangan k...