17 December 2022

Ketidaksabaran Berlalu Lintas

 

Kadang-kadang, berusaha untuk tertib berlalu lintas itu harusnya mudah, yang gak mudah adalah menjaga emosi saat melihat orang lain yang tidak sabaran dan sengaja melanggar lalu-lintas. Contoh sederhana adalah ini. Lampu bangjo masih berwarna merah, tapi orang-orang sudah buru-buru menerobos karena dianggap gak ada kendaraan yang akan lewat, dan menunggu di tempat yang tidak semestinya. Padahal harusnya, berhenti melewati batas marka jalan saja sudah dianggap sebagai pelanggaran.


Mengapa mereka berbuat seperti itu? Karena gak ada polisi yang berjaga, dan gak ada sanksi bagi pelanggaran mereka. Mereka sekedar tidak sabar, dan ingin buru-buru jalan, padahal mungkin gak terburu-buru. Kayaknya rugi kalau nunggu lama-lama padahal bisa nyelonong. 

Padahal kalau dipikir, mereka toh berhenti juga di bawah kolong itu, dan harus menunggu juga. Dan kalau aku hitung selisih waktu, kalau tertib menunggu di lampu merah dan memaksakan diri menerobos, selisihnya gak sampai 5 detik. Tapi ya gitulah, mungkin rasanya bangga kalau bisa jalan duluan, atau malah bangga kalau bisa melanggar lalu lintas tanpa kena sanksi.

Padahal sebagai negara dengan mayoritas "memeluk agama", harusnya kan agama mengajarkan untuk bersabar. Tapi ya mungkin karena hal seperti ini gak dianggap dosa, jadi ya santai saja. Apakah ini ciri orang miskin? Atau ciri orang berpendidikan rendah? Entahlah, gak mau menyamaratakan dan sejauh ini gak punya data pembanding juga.

No comments:

Bintaro View From Gramedia Building

Akhir tahun gak ada acara apa-apa, jadi iseng saja pergi ke Gramedia buat lihat-lihat buku, mumpung pandemi sudah berlalu. Ini pemandangan k...