I just try to capture an ordinary life --- moments, things, places, peoples, etc. --- with a simple skill
I believe that we can find many interesting things in life, even in a very simple thing.
25 December 2017
Liburan Natal 2017 : Taman Agro Margomulya
Sudah hampir 10 tahun bolak-balik ke Kediri, tapi baru tahun ini aku diajak piknik mendekati Gunung Kelud, meskipun tidak sampai ke puncak gunungnya. Tujuan kami adalah ke Taman Agro Margomulya, yang terletak di jalur menuju Kelud, masih ada di wilayah kecamatan Ngancar, Kediri.
Sebelum tiba di lokasi kami mampir dulu di warung yang menjual makanan dengan menu dari bekicot. Makanan ini tidak asing lagi, karenan memang makanan yang banyak ditemui di daerah ini. Di sini ada pilihan sate bekicot atau krengsengan bekicot.
Selain banyak bunga yang tumbuh di sekitar jalan, kita bisa melihat hamparan kebun nanas di sini, karena memang di sini juga merupakan setra perkebunan nanas. Tapi karena di keluarga tidak ada yang suka nanas, jadinya gak beli nanas satupun.
Lampion warna-warni diletakkan di pintu masuk Taman Agro Margomulya (TAM) ini. Justru jadi kepikiran, kok bentuknya lampion seperti menyambut Imlek, sengaja atau asal-asalan? Kami sempat nongkrong sebentar di areal parkir, yang juga ada kawasan rumah makan dengan banyak pilihan makanan, menunggu ibu mertua yang makan siang (karena beliau tidak suka bekicot).
Sambil menunggu, terdengar lantunan lagu-lagu yang dibawakan oleh kelompok musik di panggung yang ada di depan pintu masuk. Setahuku ada 2 penyanyi,satu pria dan satu wanita. Sang wanita sempat memperkenalkan diri berasal dari Nganjuk, tapi aku gak sempat mendengar namanya. Ini dipotret dari tempat parkir, lumayan jauh dan terhalang bangunan di sekitar pintu masuk.
Kawasan wisata yang dikelola oleh salah satu BUMD Kab. Kediri ini katanya mulai dibangun tahun 2016 dan diresmikan tahun ini, dengan luas sekitar 2ha, berisi beragam jenis bunga. Salah satu tujuannya adalah untuk menjadi objek wisata penyangga bagi kawasan kawah Gunung Kelud, agar membatasi jumlah pengunjung di puncak gunung yang sempat meletus tahun 2014 lalu.
Taman ini menawarkan beragam jenis bunga dan spot-spot khusus untuk berswafoto, memfasilitasi trend jaman sekarang sehingga tempatnya dikelola sedemikian rupa agar menjadi instagramable. Ada gubug-gubug dan tempat-tempat duduk untuk istirahat yang juga dihias menarik, tentu untuk foto-foto, dengan beragam dekorasi warna-warni.
Secara keseluruhan, tempat ini lumayan menarik untuk beristirahat sejenak, melepas penat dari kejenuhan kesibukan sehari-hari. Hamparan bunga warna-warni, udara sejuk dan segar serta latar belakangan gunung Kelud saling melengkapi pemandangan untuk melepas lelah dan sekedar berkumpul bersama keluarga. Apalagi tiket masuknya juga murah, cuma 5000 rupiah per orang.
Tapi memang taman ini masih jauh dari indah. Hamparan bunga yang ada, menurutku, masih belum terlalu rapi, dan kurang ada unsur edukasinya. Akan lebih menarik lagi kalau bunga-bunga yang ada bisa lebih tersusun rapi dan rapat sehingga memenuhi taman, apalagi kalau ditambah berbagai papan informasi yang bisa memberi penjelasan tentang jenis-jenis bunga dan keunikannya, misalnya. Areal taman juga menurutku masih terlalu kecil, kurang puas rasanyanya menjelajah keliling taman, apalagi dibanding dengan "perjuangan" menuju lokasi yang lumayan jauh dari kota Kediri. Tapi masih bisa dimaklumi, soalnya kan masih baru dan butuh waktu untuk membuat bunga-bunga itu bisa tumbuh sempurna.
Satu lagi,sepertinya pengelola perlu memikirkan adanya satu daya tarik andalan, misalnya satu jenis bunga khas Kediri atau Jawa Timur, yang bisa jadi icon tempat ini. Entah sudah ada atau belum, tapi dari kunjunganku kemarin sih aku tidak menemukannya.
Di sebelah selatan pintu masuk ada kawasan Lembu Sura, yang berisi patung manusia berkepala lembu/sapi, yang berdiri kokoh dengan latar belakang Gunung Kelud. Mengapa sosok ini dipilih? Waktu itu aku tidak sempat bertanya-tanya ke orang sekitar.
Setelah baca-baca sekilas, aku baru tahu tentang legenda tokoh ini, yang memang terkait dengan Gunung Kelud dan wilayah sekitarnya. Ada beragam versi cerita tentang legenda ini, tapi memiliki satu benang merah - seorang putri menolak diperistri manusia berkepala lembu, dan memintanya membuat sumur di lereng Kelud dalam semalam. Saat sumur hampir dibuat, Lembu Sura dikubur hidup-hidup di dalamnya, dan sebelum mati sempat mengucapkan kutukan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Bintaro View From Gramedia Building
Akhir tahun gak ada acara apa-apa, jadi iseng saja pergi ke Gramedia buat lihat-lihat buku, mumpung pandemi sudah berlalu. Ini pemandangan k...
-
Patung khas suku Asmat (kalau gak salah) terlihat berdiri kokoh dari gerbang keberangkatan terminal 2D bandara Soekarno Hatta Cengkaren...
-
Sebuah gedung gereja megah terlihat dari Jalan Tanjung Duren Barat, merupakan gedung gereja HKBP Tomang Barat di Jalan Mangga Jakarta ...
-
Pagi ini perlu menjadi saksi dalam sidang perceraian kakakku di daerah Cibinong, dan biar hemat aku putuskan naik kereta api. Sebenarnya ...
No comments:
Post a Comment