I just try to capture an ordinary life --- moments, things, places, peoples, etc. --- with a simple skill
I believe that we can find many interesting things in life, even in a very simple thing.
04 October 2017
Simbah Dirawat di RS (Lagi)
Senin lalu simbah (ibuku) datang ke rumah, kunjungan rutin setiap bulan untuk menengok cucu, sekaligus ingin cerita soal rencananya pengen tinggal di Jogja. Sore harinya pulang naik Go-Car, tujuanku biar lebih bisa istirahat daripada naik ojek atau angkot. Soalnya beliau cerita kalau tadi pagi sempat merasa pusing dan meriang. Tapi ternyata naik mobil justru membuat kondisinya makin parah, selain kemacetan yang membuat tidak nyaman, juga katanya beliau lupa menyuruh supir mematikan AC.
Sekitar jam lima sore ada telepon tak dikenal yang memberitahukan kalau ibu pingsan di pasar. Waduh, aku serba salah. Mau segera menyusul tapi masih ada El yang tidak ada yang menjaga. Kalau harus mengajak El juga kasihan, karena waktu itu juga turun hujan. Akhirnya para tetangga ibu berinisiatif membawa ibu ke rumah sakit terdekat, RS Muhammadiyah Taman Puring.
Dari hasil pemeriksaan, tidak ada gejala-gejala penyakit yang serius, selain suhu tubuh yang sempat mencapai 41 derajat celcius. Tekanan darah masih normal, begitu juga dengan kadar gula darah. Karena pernah ada riwayat sakit jantung dan stroke, perlu dilakukan EKG dan rontgent. Tapi semuanya tidak membawa hasil yang berbahaya. Dugaan dokter hanyalah gejala stroke ringan. Karena tidak ada lagi yang bisa menemani ibu, jadi malam itu aku menginap di rumah sakit. Sebelumnya aku sempat pulang untuk membawa baju ganti buat ibu, juga buatku. Karena sudah malam aku putuskan untuk naik motor saja - keputusan yang kurang pas sebenarnya.
Pagi hari sarapan di sekitar rumah sakit, cari tempat makan yang murah meriah saja. Hingga menjelang jam 8 pagi, jalanan di Gandaria masih tampak sepi, belum ada kepadatan - berbeda dengan saat sore hari ketika waktunya jam pulang kantor. Karena aku harus menjaga ibu di rumah sakit, terpaksa istriku mengambil cuti untuk momong El.
Sore harinya ada kunjungan dari pihak gereja, yang tentu sempat heran mengapa dirawat di rumah sakit ini. Mbak Dar juga sempat menjenguk malam harinya, dan dia ternyata juga sakit di waktu yang sama dan sempat dirawat sebentar di UGD, tapi menolak untuk rawat inap.
Pagi harinya ibu sempat bingung dan mengira dia dirawat di RS Murangan, Sleman :D Setelah aku jelaskan kalau dia ada di RSMTP, komentar pertamanya adalah "Kan mahal?".
Ya, rumah sakit ini tidak menerima BPJS, dan menurutku lumayan mahal, meskipun untuk kelas III biaya kamar "hanya" 150 ribu/hari. Saat dokter berkunjung sore harinya, ada dua dokter yaitu dokter syaraf dan dokter penyakit dalam, keduanya langsung menyatakan kalau sudah boleh pulang. Aku mendesak agar diijinkan pulang malam itu juga, soalnya besok istriku tidak bisa ambil cuti lagi, jadi aku bingung siapa yang akan menjaga ibu. Untunglah dokter setuju. Ibu bisa pulang malam itu juga, setelah menginap semalam+sehari di rumah sakit.
Berhubung kami pulang naik go-car lagi, motor masih aku tinggal di rumah sakit. Sampai rumah sudah hampir jam 11 malam, jadi aku malas untuk mengambilnya lagi.
Nah, besok malamnya terjadi drama menjengkelkan saat hendak mengambil motor dari rumah sakit. Pertama, tiket parkir hampir saja hilang, ternyata sempat aku buang di tempat sampah. Untung saja masih bisa ditemukan. Karena aku fokus di tiket parkir dan surat bukti pembayaran (ada fasilitas parkir gratis untuk penunggu pasien), aku lupa membawa kunci motor. Apalagi saat itu El rewel ingin ikut keluar rumah, sementara tukang ojek sudah siap mengantar. Aku baru sadar kalau lupa kunci pas hendak mengendarai motor. Sialan.
Awalnya aku masih tenang, aku coba minta kunci motor dikirim pakai Go-Send. Tapi ternyata mendadak jaringan internet XL bermasalah. Sinyal penuh 4 bar, tapi tidak ada tulisan 4G, 3G ataupun sekedar G. Aku coba restart berkali-kali tetap tidak bisa. Padahal kemarin lancar-lancar saja, tidak ada masalah dengan internet. Aku coba berjalan mondar-mandir sejauh hampir 500 meter, tetap saja gagal. Setelah hampir satu jam tidak ada perkembangan, aku putuskan untuk pulang naik kereta api. Sepanjang perjalanan dengan kereta api, jaringan internet juga masih tidak bisa.
Barulan ketika dalam perjalanan pulang dari stasiun ke rumah, internet kembali normal. Kacau benar. Akhirnya aku kembali ke RS naik Go-Jek lagi, dan sampai rumah sudah hampir jam 12 malam. Masih untung malam itu gak hujan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Bintaro View From Gramedia Building
Akhir tahun gak ada acara apa-apa, jadi iseng saja pergi ke Gramedia buat lihat-lihat buku, mumpung pandemi sudah berlalu. Ini pemandangan k...
-
Patung khas suku Asmat (kalau gak salah) terlihat berdiri kokoh dari gerbang keberangkatan terminal 2D bandara Soekarno Hatta Cengkaren...
-
Sebuah gedung gereja megah terlihat dari Jalan Tanjung Duren Barat, merupakan gedung gereja HKBP Tomang Barat di Jalan Mangga Jakarta ...
-
Pagi ini perlu menjadi saksi dalam sidang perceraian kakakku di daerah Cibinong, dan biar hemat aku putuskan naik kereta api. Sebenarnya ...
No comments:
Post a Comment