I just try to capture an ordinary life --- moments, things, places, peoples, etc. --- with a simple skill
I believe that we can find many interesting things in life, even in a very simple thing.
11 December 2014
Situ Tujuh Muara aka Situ Cileduk
Meskipun sedikit terganggu dengan adanya menara sutet yang membelah danau ini, tapi Situ Tujuh Muara di Pamulang ini tetap terlihat indah. Lebih luas dibanding ketiga situ yang sudah aku kunjungi (Bungur, Legoso dan Sasak Tinggi), dengan pepohonan rindang di sekitarnya. Entah berapa luas aslinya, tapi yang jelas bentuk danau ini agak unik, karena terbelah oleh daratan-daratan. Entah apakah sudah sejak awal atau akibat pengurukan, aku kurang tahu. Udah nyoba ubek2 google buat nyari riwayat danau ini, belum ketemu.
Konon kabarnya, situ ini luasnya mencapai 33 hektar, entah berapa luasnya sekarang. Ada yang bilang 22 hektar, bahkan ada data yang mengatakan cuma tersisa 19 hektar.
Latar belakang pegunungan di daerah Bogor dan pohon kelapa yang tumbuh memberi kesan suasana pedesaan yang kental. Meskipun berada di samping jalan raya, tapi udaranya masih segar. Danau ini sendiri juga sekilas tampak bersih, tidak terlihat banyak sampah di permukaan, kecuali di beberapa sudut dan tepian danau. Entah kalau bagian dalamnya. Soalnya pas jalan-jalan, sempat terlihat salah satu warga liar (yang menghuni gubuk semi permanen di pinggir danau) dengan santainya membuang bungkusan plastik hitam berisi sampah, parahnya!
Seperti informasi yang pernah aku peroleh, danau ini dan danau Sasak sengaja dibendung, dan kebetulan bendungannya dijadikan jalan raya. Untuk kasus Situ Tujuh Muara ini malahan pinggirnya adalah jalan raya, yang mungkin sekelas jalan antar propinsi. Lebar dan ramai. Di ujung sebelah utara ada pintu airnya untuk mengatur debit air.
Di sebelah utara, agak pojok timur, ada pusat perbelanjaan. Bisa kelihatan lah itu mereknya apa. Moga saja tempat itu dibangun bukan hasil menguruk danau, dan moga saja pembuangan limbahnya tidak digelontorkan ke dalam danau. Cuma memang herannya, danau sebagus ini, di dekat Jakarta, seperti tidak terlalu dimaksimalkan sebagai tempat wisata. Padahal kalau mau dikembangkan jadi areal wisata domestik akan cukup lumayan, tanpa menghilangkan fungsi utama sebagai areal konservasi air. Minimal dijadikan taman kota dengan jogging track yang nyaman dan berbagai fasilitas lain untuk membuat warga nyaman berekreasi di sini, gak usah jauh-jauh. Apalagi akses jalan raya sangat dekat. Sempat mikir-mikir, kok gak ada hotel di dekat sini ya :-? Atau aku aja yang kurang menjelajah.
Di salah satu sudut ada warung semi permanen seadanya. Mungkin untuk melayani para pengunjung, khususnya yang mancing di areal danau. Hmm.... sekilas kok tampak ada minuman beralkohol ya, entah benar atau gak hehehe...
Yup, kaum pemancing tidak pernah absen dari tempat-tempat seperti ini...menurutku sih gak masalah. Yang penting mereka sadar akan pelestarian lingkungan, turut menjaga kebersihan dan syukur-syukur bisa ikut peduli dengan pelestarian danau secara menyeluruh.
Beberapa nelayan juga menggantungkan nasib menjala ikan dari danau ini. Waktu aku datang sih tidak banyak, cuma satu bapak ini yang aku lihat sedang menjala ikan di tengah danau.
Aku perhatikan sih jogging track sudah ada di seputar danau. Hati-hati, ada jalur yang mengarah ke kuburan, jadi kalau mau jogging di sini jangan tengah malam, kecuali memang sengaja uji nyali atau dah paham hehehe.... Tapi jelas jogging track ini masih bisa dikembangkan lagi, yang sekarang lebih seperti jalan setapak.
Sekeliling danau masih cukup asri, kita bisa menjumpai berbagai jenis bunga. Tapi ya itu tadi, untuk sekedar nongkrong-nongkrong masih agak kurang nyaman. Belum banyak tempat duduk khusus untuk warga bersantai di sekitar danau. Mungkin sengaja, biar gak dipakai pacaran atau perbuatan tidak baik lainnya, tapi ya kan banyak orang baik yang ingin menikmati danau ini juga.
Jalan setapak ini membelah sebegian danau, dan cukup sering dilalui warga dengan motor, karena sepertinya jadi jalan alternatif yang praktis.
Nah, masalah klasik danau-danau seperti ini, adalah berurusan dengan keserakahan kaum berduit, terutama yang bekerja di bidang properti. Mereka seenaknya menguruk danau untuk dibuat perumahan, padahal harusnya lahan ini dilindungi pemerintah. Salah satunya ya PT Villa Pamulang. Bukan fitnah, tapi banyak beritanya di internet.
http://www.kabar6.com/tangerang-raya/tangerang-selatan/17360-lurah-di-pamulang-diduga-terlibat-pencaplokan-situ-tujuh-muara.html
http://www.tempo.co/read/news/2014/11/26/214624522/Situ-Ciledug-Diuruk-di-Mana-Airin
http://regional.kompasiana.com/2014/11/30/parah-pengurukan-situ-di-tangsel-707144.html
Jadi bagi yang peduli dengan pelestarian alam dan tempat-tempat seperti ini, kalau belum bisa berbuat banyak, ya minimal suarakan saja keprihatinan. Mungkin bisa juga dengan melakukan boikot terhadap pengembang yang turut merusak lingkungan danau ini, seperti PT Villa Pamulang itu. Moga saja ada penyelidikan dan proses hukum bagi oknum pejabat yang terlibat, karena pasti ada lah.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Bintaro View From Gramedia Building
Akhir tahun gak ada acara apa-apa, jadi iseng saja pergi ke Gramedia buat lihat-lihat buku, mumpung pandemi sudah berlalu. Ini pemandangan k...
-
Patung khas suku Asmat (kalau gak salah) terlihat berdiri kokoh dari gerbang keberangkatan terminal 2D bandara Soekarno Hatta Cengkaren...
-
Sebuah gedung gereja megah terlihat dari Jalan Tanjung Duren Barat, merupakan gedung gereja HKBP Tomang Barat di Jalan Mangga Jakarta ...
-
Pagi ini perlu menjadi saksi dalam sidang perceraian kakakku di daerah Cibinong, dan biar hemat aku putuskan naik kereta api. Sebenarnya ...
No comments:
Post a Comment