Seingatku, ini adalah pertama kalinya aku berada di St. Cikini, yang namanya sering aku dengar karena disebutkan dalam lagu legendaris Jali-Jali dan Keroncong Sapu Lidi. Paling-paling aku pernah lewat stasiun ini dalam perjalanan antar kota kalau berangkat dari (dan/atau tiba di) St. Gambir.
Tapi dulu, jaman masih ngejain proyek di daerah Kramat Sentiong, aku sering mondar-mandir melewati tempat ini. Sengaja jalan kaki biar buat melepas kejenuhan selesai kerja, jalan kaki dari Jl. Kramat Raya ke Cikini, terus naik bis ke Sudirman atau Semanggi. Kadang sengaja ke sini untuk cari makan, juga sembari menunggu jalanan berkurang macetnya.
Hari ini aku iseng mampir ke stasiun ini untuk nostalgia, dengan tujuan utama pengen ke rumah makan padang yang dulu sering aku kunjungi sepulang dari tempat customer. Ada menu favorit yaitu cumi kari berisi telur.
Sekarang trotoar tempat ini sudah terlihat lebih rapi dan nyaman dilewati pejalan kaki, meskipun tetap saja ada motor atau pengguna kendaran lain yang parkir, kadang-kadang.
Masjid Jami Al-Ma'mur, dari bentuknya tampak jelas kalau ini peninggalan jaman kolonial, dan dipertahankan sebagai cagar budaya meski dikelilingi oleh bangunan-bangunan megah dan modern. Katanya, masjid ini dibangun oleh Raden Saleh di akhir abad 19.
Ternyata rumah makan padang yang aku cari sudah tidak ada lagi, beberapa bangunan di Jl. Raden Saleh juga tampak baru bagiku. Ya sudah, karena lapar, aku cari tempat makan yang ada saja. Sempat menyeberang Jl. Kramat dulu, kebetulan melihat rumah makan khas Makasar yang sepi, jadi aku makan sop konro saja.
Selanjutnya aku lanjut jalan ke arah St. Gang Sentiong, lumayan juga dari jalan Kramat Raya. Tidak ada kenangan khusus dengan jalan ini, hanya saja dulu pernah naik angkot lewat sini untuk menghadiri resepsi pernikahan salah satu teman Rani di daerah Rawamangun, sudah lama sekali.
Agak lama juga menunggu kereta di stasiun ini. Aku sempat heran waktu melihat ada beberapa orang turun dari kereta yang menuju Jatinegara, terus alih-alih keluar stasiun, mereka menyeberang jalan dan menunggu kereta ke arah yang berlawanan. Ternyata mereka adalah penumpang yang hendak pergi ke St. Pasar Senen.
Update: belakangan aku baru tahu, kalau KRL dari Kampung Bandan ke arah Jatinegara, tidak berhenti di St. Pasar Senen, tapi lewat saja. Sementara kereta yang ke arah sebaliknya berhenti di stasiun itu. Jadi mereka yang dari arah Kemayoran, kalau mau turun ke St. Pasar Senen, harus turun dulu di St. Gang Sention, barulah naik kereta ke arah sebaliknya dan turun di St. Pasar Senen. Aneh juga, dan tentu saja merepotkan.
No comments:
Post a Comment