El sedang nongkrong di gerbang rumah menunggu penjual sate padang menyiapkan dagangannya. Sudah beberapa lama pedagang ini berjualan (keliling) di kompleks kami, tapi aku jarang beli. El juga, meskipun antusias menunggu pedagangnya menyiapkan sate, masih belum bisa menikmati makanan ini.
Butuh waktu buatku bisa menikmati hidangan ini. Pertama kali aku mencicipinya adalah saat awal kuliah di Bandung (1996) karena ajakan teman gereja. Pas nyobain .... waks, rasanya aneh. Asin, ditambah dengan kuah yang kental, sangat beda dengan sate pada umumnya yang berbumbu manis. Buatku yang baru saja merantau dari Jogja yang serba manis, hidangan ini mengejutkan. Gak doyan, apalagi warungnya tidak menyediakan kecap manis.
Butuh waktu lebih dari 10 tahun kemudian untuk aku bisa menerima masakan ini. Sekitar tahun 2011 waktu pindah kerja di daerah Halim, ada banyak penjual sate padang di simpang UKI. Sepulang kerja aku coba mampir dan ternyata lidahku mulai bisa menerima rasa masakan ini. Mungkin karena sudah lama aku terbiasa dengan masakan padang yang relatif asin dan pedas.
No comments:
Post a Comment